Rabu, 02 November 2011

SEJARAH KM. BDG 0 (NOL)

sedikit mengulas sejarah dimana tempat aku duduk sekarang. 

Seusai meresmikan pembangunan jembatan pada sungai Cikapandung yang baru selesai dibangun, Herman Willem Daendels dan Bupati Bandung R.A.A. Wiranata kusumah II berjalan kaki ke arah timur. Sampai di suatu tempat (saat ini depan kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat) Herman Willem Daendels berhenti sambil menancapkan tongkat kayu dan berkata ”zorg, dat als ik terug kom hiereen stad is gebouwd” (artinya coba usahakan, bila aku datang kembali ditempat ini telah dibangun sebuah kota. Di tempat ini pulalah masyarakat kemudian membuat tugu yang menyatakan tanda ”KILOMETER 0”. Pada saat sekarang ini patok ini dipergunakan sebagai posisi KM.Bd. 0 + 00. 

Permintaan ini ditujukan untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati. Secara resmi Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakan muncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak(Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos. 

Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan. Dengan demikian Kota Bandung didirikan oleh dan atas kebijakan Bupati Bandung keenam, R.A.A.Wiranatakusumah II. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa Bupati R.A.Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) Kota Bandung. Akantetapi, memang Daendelslah yang mempercepat proses tersebut.

Pada masa GubernurJenderal Inggris Thomas Stamford Raffles berkuasa (1811 – 1816) sempat pula dibangun jalan-jalan simpangan ke daerah-daerah pedalaman yang menandakan semakin berkembangnya ruas-ruas jalan pada masa itu. Perkembangan jaringan jalan pasca pembangunan jalan raya post terlihat dari semakin banyaknya perkebunan-perkebunan yang didirikan pemerintah kolonial Belanda maupun pihak swasta. Keresidenan Priangan yang subur membuat tumbuhnya perkebunan-perkebunan, dan membawa konsekuensi terjadinya pembangunan jalanyang cukup pesat. Jalan-jalan tersebut seperti Bandung – Ciwidey, Bandung –Lembang - Subang, Bandung – Pangalengan. 

Seiring dengan perkembangan perkebunan yang ada di Jawa Barat maka dibangun jalan-jalan lainnya, baik yang menghubungkan kawasan perkebunan dengan kota terdekat maupunantara perkebunan dengan jalan pos. Pertumbuhan jalan-jalan ini mengarah kepadajalan pos. Dengan demikian jalan pos menjadi sumbu utama dalam sistem jaringan jalan saat itu. Terdapat juga jalan lainnya yang dibangun untuk kegiatan wisata seperti jalan menuju puncak Papandayan dan jalan menuju puncak gunung Takuban Perahu yang dibangun oleh Ir. Poldervaart.

sumber terpercaya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar