sedikit mengulas sejarah dimana tempat aku duduk sekarang.
Seusai
meresmikan pembangunan jembatan pada sungai Cikapandung yang baru
selesai dibangun, Herman Willem Daendels dan Bupati Bandung R.A.A.
Wiranata kusumah II berjalan kaki ke arah timur. Sampai di suatu tempat
(saat ini depan kantor Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat) Herman
Willem Daendels berhenti sambil menancapkan tongkat kayu dan berkata
”zorg, dat als ik terug kom hiereen stad is gebouwd” (artinya coba usahakan, bila aku datang kembali ditempat ini telah dibangun sebuah kota. Di tempat ini pulalah masyarakat kemudian membuat tugu yang menyatakan tanda ”KILOMETER 0”. Pada saat sekarang ini patok ini dipergunakan sebagai posisi KM.Bd. 0 + 00.
Permintaan
ini ditujukan untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat
pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati. Secara resmi Daendels
melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati
Parakan muncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke
daerah Cikapundung dan Andawadak(Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya
Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati
Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung,
bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat
pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan,
terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos
yang sedang dibangun (pusat Kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan
ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota
pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering
dilanda banjir bila musim hujan. Dengan demikian Kota Bandung didirikan
oleh dan atas kebijakan Bupati Bandung keenam, R.A.A.Wiranatakusumah II.
Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa Bupati R.A.Wiranatakusumah II
adalah pendiri (the founding father) Kota Bandung. Akantetapi, memang
Daendelslah yang mempercepat proses tersebut.
Pada
masa GubernurJenderal Inggris Thomas Stamford Raffles berkuasa (1811 –
1816) sempat pula dibangun jalan-jalan simpangan ke daerah-daerah
pedalaman yang menandakan semakin berkembangnya ruas-ruas jalan pada masa
itu. Perkembangan jaringan jalan pasca pembangunan jalan raya post
terlihat dari semakin banyaknya perkebunan-perkebunan yang didirikan
pemerintah kolonial Belanda maupun pihak swasta. Keresidenan Priangan
yang subur membuat tumbuhnya perkebunan-perkebunan, dan membawa
konsekuensi terjadinya pembangunan jalanyang cukup pesat. Jalan-jalan
tersebut seperti Bandung – Ciwidey, Bandung –Lembang - Subang, Bandung –
Pangalengan.
Seiring
dengan perkembangan perkebunan yang ada di Jawa Barat maka dibangun
jalan-jalan lainnya, baik yang menghubungkan kawasan perkebunan dengan
kota terdekat maupunantara perkebunan dengan jalan pos. Pertumbuhan
jalan-jalan ini mengarah kepadajalan pos. Dengan demikian jalan pos
menjadi sumbu utama dalam sistem jaringan jalan saat itu. Terdapat juga
jalan lainnya yang dibangun untuk kegiatan wisata seperti jalan menuju
puncak Papandayan dan jalan menuju puncak gunung Takuban Perahu yang
dibangun oleh Ir. Poldervaart.
sumber terpercaya...